Wadah Sepi

Bersandar di pondok kayu
ku menghafal wadah indah dalam kotak fikiran ini
luahan itu terperosok ke hati suci
ku tatapi puisi indah mu itu
sehingga kabur dari pandangan
puitis kata merayu air mata ku
sungguh dalam maksud kiasan mu
sungguh aku terkaku dalam panahan rasa bersalah
aku tidak mampu menafikan
rasa hati sendiri
kau tega meluahkan rasa hati mu tentang diri ini
aku cetek tentang ilmu mengenai diri sendiri
aku buta dalam menilai cinta hakiki
dan aku malu mengatakan aku cintakan mu sepenuh hati,

Lukisan Wajah

Dapat aku lihat riak muka mu...
roman yang jelas tampak berubah
aku tahu kau menentang diskusi tentang kita
kau keras menafikan kujur tubuh
yang berdiri di tangga batu itu milikmu
bahagia memeluk si ayu bertudung biru

aku tahu itu kamu
lewat senyum mu yang penuh erti
kejamkah aku?
mencabut keras tunjang kasih kita yang
sedari dulu aku tanam didasar hati
salahkah aku menentang poligami yang tidak pasti
aku sedar aku bukan tunangan mu
tapi dia juga belum berakad dengan mu!!!

Aku Bersedia untuk Terluka.

Atas Nama Cinta

Aku wanita yang punya cinta di hati
Ada dirimu dan dirinya dalam hidupku
Mengapa terlambat cintamu telah termiliki
Sedang diriku dengan dia tak begitu cinta

Mengapa yang lain bisa
Mendua dengan mudahnya
Namun kita terbelenggu
Dalam ikatan tanpa cinta

Atas nama cinta

Hati ini tak mungkin terbagi
Sampai nanti bila aku mati
Cinta ini hanya untuk engkau
Atas nama cinta
Kurelakan jalanku merana
Asal engkau akhirnya denganku
Kubersumpah atas nama cinta

Mengapa yang lain bisa
Mendua dengan mudahnya
Namun kita terbelenggu
Dalam ikatan tanpa cinta